![]() |
Foto : Salah satu peserta parade budaya KAMIL. |
Dalam sambutannya, ketua Panitia festival budaya suku Mbojo, Sahrul Juliadin menyampaikan, bahwa acara tersebut adalah bagian dari semangat para mahasiswa dan pemuda yang menghidupkan kembali budaya Mbojo yang tergerus oleh zaman.
"Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa Bima, Dompu dan Manggarai yang telah mensuskseskan parade budaya ini,"salut ketua Panitia dalam sambutannya, Minggu (29/07) siang.
Sementara ketua Ikatan Mahasiswa Bima Mataram, Muhammad Naim menyampikan, bahwa dalam suatu negara jika budaya dan kearifan lokalnya mati maka negara dan bangsa tersebut tidak memiliki kekayaan budaya.
Mbojo menurutnya adalah, suku yang ada di wilayah Bima, Dompu dan Manggarai. Sebab tambahnya tiga wilayah yang berbeda wilayah adiminstrasinya tersebut termasuk daerah timur Bima yakni Manggarai NTT pernah dalam satu kesatuan yang tergabung dalam suku Mbojo.
"Ini bukti bahwa suku Mbojo tidak bisa terpisahkan dari Bima, Dompu dan Manggarai", ucap Ketua IMBI Mataram Na'im.
IMBI Mataram jelasnya, akan melakukan Musyawarah Besar (Mubes) pada akhir tahun 2018 karena telah selesai masa kepengurusannya.
Ia berharap, persatuan dan kesatuan tersebut bisa dipelihara dengan baik dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Sementara sesepuh Mbojo Dr Muhammad, menilai bahwa kegiatan parade budaya Rimpu Mbojo tersebut sangat luar biasa. "Ini menjadi kebanggan bagi kita semua yang ada di Bima, Dompu dan Manggarai", pungkas dosen ekonomi Unram ini.
Drs H Ali Rahim sebagai perwakilan dari Rukun Keluarga Bima (RKB) Pulau Lombok dalam berharap kepada seluruh Mahasiwa Bima, Dompu dan Manggarai yang kuliah di Kota Mataram untuk tetap menjaga nama baik daerah. Setelah menyampaikan sambutan Pak Ali yang juga Ketua PGRI NTB ini langsung membuka acara secara resmi.
"Dengan mengucapkan bismillahirrahmaa nirrahiim, acara Festival Parade Rimpu Mbojo ini saya buka", kata Ali.
Reporter : Iba
Editor : Alia