![]() |
R.A. Kartini (foto : Jadiberita) |
Ternyata kebebasan tak bisa disandingkan dengan kebaktian. Kebebasan menagih ego, bakti menjamin kebersamaan. Kebebasan adalah soal intelejensia, bakti adalah hati nurani. Kebebasan adalah soal kepuasan materi sedang bakti adalah tentang spiritualitas. Dua sisi berlawanan yang mustahil berjalan seiring. Belanda menawarkan kebebasan, akal, dan materi sedang bakti adalah soal kebatinan, nurani dan spiritualitas.
Kartini adalah tokoh pembebas pada jamannya. Orang yang selalu gelisah dengan kemapanan dan aturan baku yang mengikat. Kartini adalah simbol "kejenuhan dan kebosanan" pada kondisi dimana masyarakat terjebak pada aturan dan norma yang mereka buat sendiri. Mereka menjadi menderita dan jumud karena ulah mereka sendiri.
Jadi. ... Kartini bukan hanya soal baju kebaya dan konde besar, juga bukan berjalan jongkok di depan para bangsawan. Atau sekedar upacara setiap tanggal 21 April di kantor-kantor Penguasa. Kartini adalah soal gerakan pengembaraan pemikiran dan intelektual yang melahirkan Kebebasan dan Bekti sekaligus. Keberhasilan gerakan emansipasi perempuan adalah jika berhasil menyandingkan keduanya ( kebebasan dan bekti) dalam satu pribadi: perempuan Indonesia. Kartini ... itulah substansi dari "minad dhulumati ila nuur dari kegelapan menuju cahaya terang".
Penulis : @nurbaniyusuf
Komunitas Padhang Makhsyar